CINTANYA BERPALING PADAKU
Icha membanting tubuhnya di atas ranjang. Matanya berkaca-kaca, masih tidak percaya. Rio, cowok dengan postur tinggi & item manis. Orang yang selama ini ia kenal sebagai pacar dari Fina, salah satu sahabat karibnya. Dan dia tahu betul, Fina sangat mencintainya, dengan segala cara Fina mati-matian untuk mempertahankan cinta Rio. Tetapi, kejadian tak disangka tiba-tiba terjadi. Rio menyatakan cinta padanya. Ini pasti akan menjadi sebuah dilema cinta.
“Aku sayang kamu, aku cinta kamu..??”
“Apa aku salah, Cha..??”
“Aku rela memutuskan Fina, kenapa, itu karena aku tidak bisa membohongi perasaanku padamu Cha”.
Kata-kata itu selalu terngiang di telinganya. Beberapa jam yang lalu, Rio mengatakan semua yang ada dalam hatinya. Masih tak habis pikir, merasa dunia tak adil. Gadis yang sekarang duduk di bangku kelas XI SMA menangis sejadinya. Walaupun tak mengeluarkan suara.
Ia kehilangan semua moodnya untuk belajar. Untung besok adalah hari minggu, yang dia anggap adalah hari kebabasan untuk meluangkan waktu dan membuang semua kejenuhan yang dihadapi setelah disuguhi seabreg kegiatan dan pelajaran di sekolah.
“Tuhan, What happen with me..??”
Dalam hati ia selalu bertanya-tanya.
“Arrrghhh, kenapa semua ini terjadi padaku?”
“Apa yang akan dikatakan Fina kepadaku jika ia tau semua ini. Apa yang akan dikatakan oleh teman-temanku?”
“Aku tak bisa, aku bukan perebut cowok orang !”
***
Lalu ditelfonlah Dony, sahabat sekaligus sepupu. Yang dia anggap adalah sahabat yang paling gokil dalam segala perbuatan juga aktivitasnya sehari-hari, yang paling penting tentu bisa mengerti setiap dia berkeluh kesah padanya.
“Tuutt… Tuutt… Tutt…”
“Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
“Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
Suara bercanda Dony terdengar dari kejauhan. Tetapi ia belum bisa bicara, bibirnya masih kaku untuk mengucapkan kata-kata. Suaranya serak, karena hampir dua jam dia menangis.
“Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
“Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
Dony mengulangi kata-katanya.
Dan barulah ia mengucapkan kata-kata yang terdengar serak.
“Aku mau curhat Don. Aku bingung, harus bagaimana..??”
Dan langsung saja dony, dengan keisengannya menjawab.
“Wakh,, ada yang salah nich. Minum obatnya ketuker sama racun tikus ya..??”
Dengan nada memelas serta suara serak Icha menjawab.
“Serius ini, ada waktu kan buat dengerin?”
Dengan PD-nya dony langsung menjunjung tinggi rasa persahabatan & persaudaraan. Tentu dengan versinya sendiri. “Ia… ia… maaf, buat sahabatku. Apa sich yang nggak.. hehe..??”
“Gini don, kamu tahu Rio kan?”
“Ia, tahu. Pacarnya Fina kan? Ada apa dengan dia?”
“Dia tadi ke rumahku, dia bilang sangat mencintaiku, dia memaksa aku jadi pacarnya.”
“Yess..!!”
“Ko, Yess. Eman
g kenapa?”
“Aku bakal dapat traktiran makan gratis nich” hehehe
“Akkhh,, Donyyyy… jangan bercanda dulu kenapa sich..?? Orang lagi serius juga”. Suara memelas dan manja keluar dari mulut Icha.
“Ia,, maaf lagi dech. Emang kenapa, toh kamu lagi jomblo, orangnya biarpun item manis, cakep juga, lumayan lah?” kata Dony mencoba menghibur.
“Bukan itu masalahnya, kamu nggak pernah tau kan kalau Fina sangat mencintai Rio..?? Dia mati-matian mempertahankan cinta hanya untuk seorang Rio. Kemarin ada 2 cwok yang nembak Fina, juga dia tolak”.
“Ooo… begitu, terus mau bagaimana?”
“Aku bingung, aku nggak tahu, apa yang harus aku lakukan”.
“Ya, udah, besok aku temenin ke rumah Fina, nglurusin masalah ini baik-baik. OK?”
“Hah,, apa kamu sudah gila. Mau bilang Fina ke aku. Bisa-bisa aku akan langsung kena semprotan dari Fina?”. Sontak saja icha langsung mengeluarkan kata-kata emosinya. Dengan santai dan bijaksananya dony menjawab.
“Terus… mau sampai kapan kamu pendam? Kalau Fina sudah tahu pasti semuanya akan terasa tenang & masalah clear. Mau nggak, kebetulan besok hari Minggu, aku juga libur kerja. Kalau nggak mau ya sudah”.
Ichapun bingung memikirkan semua itu. Mungkin sudah buntu pikirannya. Dan mau saja mengikuti ajakan sahabatnya.
“Ia dech, tapi kamu yang ngmong ya..??
“Lhoo. Kok aku sih, yang punya problem kan kamu”
Lagi-lagi icha dengan memelas dengan setengah merayu. Dia paling tahu kelemahan Dony. Kalau dony tidak akan tega melihat orang kesusahan, apalagi seorang perempuan.
“Ayo donk, please. Bantu aku, katanya sahabatku”
Dan benarlah, dony langsung menyetujui permintaanya.
“Ya udah, sekarang aku mau tidur dulu. Ngantuk banget.”
“He’Em,, makasih don. Besok pagi langsung ke rumahku ya..??”
“Ia..ia.. aku pagi-pagi ke rumahmu. Udah ya, tinggal
½ watt nich. Bye…” “Tut…tut…tut..”
Telponpun diputuskan oleh Dony. Dengan setengah menggerutu. Huh, kebiasaan banget. Belum dimatiin, udah dimatiin duluan.
Tetapi, icha juga sangat tau kalau dony kecapean habis kerja seharian. Apalagi kerja di bidang jasa, pasti sangat capek. Menghadapi 1001 macam karakter orang, tapi selalu dia bisa membuat dirinya tersenyum seperti sekarang ini. Makanya dia memasukkan dony ke daftar sebagai sahabat yang paling baik. Walaupun kadang memang membuat kesal setengah mati.
Akhirnya, ichapun mencuci mukanya yang lusuh oleh air mata telah kering. Lalu merebahkan badan serta memejamkan mata. Karena Icha juga sangat capek, setelah seharian diboombardir ulangan 3 mata pelajaran. Ditambah lagi Rio yang barusan membuat dirinya kaget, hampir mencopot jantungnya.
***
Minggu yang cerah adalah hari yang asyik bagi para kaum muda. Apalagi yang sudah punya pasangan. Mereka pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk sekedar berjalan-jalan mungkin atau aktivitas lainnya, walaupun dalam 1 bulan ada 4 kali hari minggu, tetapi tidak ada bosannya menunggu hari minggu tiba. Tetapi, tidak bagi Icha sekarang, yang sedang diberondong dengan sejuta masalah baginya. Ketika dia bangun, sangat malas untuk beraktivitas. Padahal biasanya hari minggu adalah hari yang paling istimewa dalam hari-harinya. Dengan langkah lesuh, dia menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan sebelum dony datang. Icha tidak mau, dony nyerocos menceramahinya ketika ia datang, belum sempat mandi. Kemarin dony sudah berjanji akan datang pagi-pagi.
***
“Permisi… tok… tok… tok…”.
Suara dony berubah menjadi kakek-kakek, ketika mengetuk pintu untuk menemui Icha di rumahnya. Dan langsung mama icha yang sedang berada di dapurpun langsung bergegas membukakan pintu untuk tamunya. Ketika mamanya yang tak lain adalah tantenya membukakan pintu.
“Ya ampuuunnnn,,,, kamu lagi, kamu lagi don, gak ada kapoknya ya ngerjain tante”. Dengan setengah kesal mama icha mengomeli ponakannya yang isengnya kadang keterlaluan. Memang, tidak Cuma 1 kali mama icha tertipu dengan ulahnya dony. Tapi, ya seperti biasa dony hanya melontarkan senyum khasnya untuk tantenya itu, seolah tak mempunyai dosa sedikitpun.
“Hehehehe… maaf, Tan. Ichanya ada..??”
“Awas,, ya, sekali lagi..!! Ada, baru selesai mandi tuch”
“Yaudah masuk, tante lagi masuk, ntar gosong lagi”
“Ia… ia… ia… ngomel mulu, cepet tua tan. Hehehehe”
Lagi-lagi dony membuat kesal kepada tantenya. Sehingga tantenya pun mengeluarkan jurusnya.
“Ya ampuunn,, ini anak satu. Berbalik sambil menjewernya”
“Peace… Tan. Peace… Ampun !!” bujuk dony kepada tantenya agar melepaskan tangan dari telinganya.
“Ada apa sich, pagi-pagi dah ribut-ribut. Kayak anak kecil aja”. Tiba-tiba icha muncul dari dalam.
“Udah-udah, mama ke dapur lagi, gosong tuch masakan”, lalu mama ichapun kembali ke dapur meninggalkan keponakannya yang super rese itu. Icha sudah tahu betul kelakuan sepupunya kepada mamanya. Ichapun langsung meluruskan permasalahan kepada dony, dan mengajak ke rumah fina.
“Jadi, gimana..?? ke rumah fina sekarang..??” tanya icha kepada dony.
“Nggak, besok aja sekalian” Dony menjawab dengan agak ketus, karena kesal.
“Hehehe… ia.. ia.. ayo berangkat, jangan manyun begitu”, canda icha kepada dony. Akhirnya mereka berdua menuju ke rumah fina.
***
Tapi apa yang terjadi, tanpa disangka, tanpa direkayasa, dan di luar skenario, kalau bahasa pertelevisian. Sesampainya di rumah fina, rio & fina sedang di ruang berdua seperti larut dalam kesedihan. Ichapun melangkah lemas, ketika dipersilahkan duduk oleh fina. Bagaimana tidak sahabat yang selama ini jadi pendengar setia ketika icha sedang diberondong masalah dalam hidupnya. Sekarang ia bersedih karena dilema yang menyangkut dirinya. 10 menit mereka berempat membisu. Suasana menjadi sangat amat dramatis seperti di film Titanic ketika Jack menyelamatkan kekasihnya Rose. Atau mungkin seperti Fahri di Ayat-Ayat Cinta ketika dihadapkan kepada dua perempuan yang dicintainya. Dony anak super resepun hanya diam ikut larut dalam suasana pagi itu.
“Cha… aku akan ikhlas jika semua ini yang terbaik untuk rio, semua ini memang sudah suratan. Kamu jauh lebih baik daripada aku. Please banget, bahagiain dia. Kita akan tetap bersahabat. Aku hanya memohon 1 permintaan saja, jangan pernah kau sakiti dia”. Fina memecah kebisuan sambil meneteskan air mata.
“Tapi fin..??” belum selesai icha berpendapat, sudah dipotong dulu oleh Rio.
“Fin, kamu percaya kan. Semua akan indah jika kamu menerimanya dengan tulus..?? Cinta ini akan mengalir seperti air di sungai. Cinta ini akan abadi jika kamu memang cinta dengan persahabatan ini. Fina sudah rela aku untukmu, aku tinggal menunggu keputusanmu”.
Fina tak mampu berkata-kata lagi, kepalanya berat tak tertahankan. Jiwanya seperti akan keluar dari raganya.
Suara teleponpun berdering, icha dengan setengah sadar mengambil dan melihat “Rio memanggil..”. Icha baru sadar ternyata semua yang dialaminya adalah mimpi. Jantungnya masih berdegup dengan kencangnya. Darahnya mengalir deras. Keringat dinginpun keluar. Apakah ini pertanda akan mulainya segala mimpi itu. Hanya Icha dan Tuhan yang tau.
“Aku sayang kamu, aku cinta kamu..??”
“Apa aku salah, Cha..??”
“Aku rela memutuskan Fina, kenapa, itu karena aku tidak bisa membohongi perasaanku padamu Cha”.
Kata-kata itu selalu terngiang di telinganya. Beberapa jam yang lalu, Rio mengatakan semua yang ada dalam hatinya. Masih tak habis pikir, merasa dunia tak adil. Gadis yang sekarang duduk di bangku kelas XI SMA menangis sejadinya. Walaupun tak mengeluarkan suara.
Ia kehilangan semua moodnya untuk belajar. Untung besok adalah hari minggu, yang dia anggap adalah hari kebabasan untuk meluangkan waktu dan membuang semua kejenuhan yang dihadapi setelah disuguhi seabreg kegiatan dan pelajaran di sekolah.
“Tuhan, What happen with me..??”
Dalam hati ia selalu bertanya-tanya.
“Arrrghhh, kenapa semua ini terjadi padaku?”
“Apa yang akan dikatakan Fina kepadaku jika ia tau semua ini. Apa yang akan dikatakan oleh teman-temanku?”
“Aku tak bisa, aku bukan perebut cowok orang !”
***
Lalu ditelfonlah Dony, sahabat sekaligus sepupu. Yang dia anggap adalah sahabat yang paling gokil dalam segala perbuatan juga aktivitasnya sehari-hari, yang paling penting tentu bisa mengerti setiap dia berkeluh kesah padanya.
“Tuutt… Tuutt… Tutt…”
“Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
“Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
Suara bercanda Dony terdengar dari kejauhan. Tetapi ia belum bisa bicara, bibirnya masih kaku untuk mengucapkan kata-kata. Suaranya serak, karena hampir dua jam dia menangis.
“Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
“Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
Dony mengulangi kata-katanya.
Dan barulah ia mengucapkan kata-kata yang terdengar serak.
“Aku mau curhat Don. Aku bingung, harus bagaimana..??”
Dan langsung saja dony, dengan keisengannya menjawab.
“Wakh,, ada yang salah nich. Minum obatnya ketuker sama racun tikus ya..??”
Dengan nada memelas serta suara serak Icha menjawab.
“Serius ini, ada waktu kan buat dengerin?”
Dengan PD-nya dony langsung menjunjung tinggi rasa persahabatan & persaudaraan. Tentu dengan versinya sendiri. “Ia… ia… maaf, buat sahabatku. Apa sich yang nggak.. hehe..??”
“Gini don, kamu tahu Rio kan?”
“Ia, tahu. Pacarnya Fina kan? Ada apa dengan dia?”
“Dia tadi ke rumahku, dia bilang sangat mencintaiku, dia memaksa aku jadi pacarnya.”
“Yess..!!”
“Ko, Yess. Eman
g kenapa?”
“Aku bakal dapat traktiran makan gratis nich” hehehe
“Akkhh,, Donyyyy… jangan bercanda dulu kenapa sich..?? Orang lagi serius juga”. Suara memelas dan manja keluar dari mulut Icha.
“Ia,, maaf lagi dech. Emang kenapa, toh kamu lagi jomblo, orangnya biarpun item manis, cakep juga, lumayan lah?” kata Dony mencoba menghibur.
“Bukan itu masalahnya, kamu nggak pernah tau kan kalau Fina sangat mencintai Rio..?? Dia mati-matian mempertahankan cinta hanya untuk seorang Rio. Kemarin ada 2 cwok yang nembak Fina, juga dia tolak”.
“Ooo… begitu, terus mau bagaimana?”
“Aku bingung, aku nggak tahu, apa yang harus aku lakukan”.
“Ya, udah, besok aku temenin ke rumah Fina, nglurusin masalah ini baik-baik. OK?”
“Hah,, apa kamu sudah gila. Mau bilang Fina ke aku. Bisa-bisa aku akan langsung kena semprotan dari Fina?”. Sontak saja icha langsung mengeluarkan kata-kata emosinya. Dengan santai dan bijaksananya dony menjawab.
“Terus… mau sampai kapan kamu pendam? Kalau Fina sudah tahu pasti semuanya akan terasa tenang & masalah clear. Mau nggak, kebetulan besok hari Minggu, aku juga libur kerja. Kalau nggak mau ya sudah”.
Ichapun bingung memikirkan semua itu. Mungkin sudah buntu pikirannya. Dan mau saja mengikuti ajakan sahabatnya.
“Ia dech, tapi kamu yang ngmong ya..??
“Lhoo. Kok aku sih, yang punya problem kan kamu”
Lagi-lagi icha dengan memelas dengan setengah merayu. Dia paling tahu kelemahan Dony. Kalau dony tidak akan tega melihat orang kesusahan, apalagi seorang perempuan.
“Ayo donk, please. Bantu aku, katanya sahabatku”
Dan benarlah, dony langsung menyetujui permintaanya.
“Ya udah, sekarang aku mau tidur dulu. Ngantuk banget.”
“He’Em,, makasih don. Besok pagi langsung ke rumahku ya..??”
“Ia..ia.. aku pagi-pagi ke rumahmu. Udah ya, tinggal
½ watt nich. Bye…” “Tut…tut…tut..”
Telponpun diputuskan oleh Dony. Dengan setengah menggerutu. Huh, kebiasaan banget. Belum dimatiin, udah dimatiin duluan.
Tetapi, icha juga sangat tau kalau dony kecapean habis kerja seharian. Apalagi kerja di bidang jasa, pasti sangat capek. Menghadapi 1001 macam karakter orang, tapi selalu dia bisa membuat dirinya tersenyum seperti sekarang ini. Makanya dia memasukkan dony ke daftar sebagai sahabat yang paling baik. Walaupun kadang memang membuat kesal setengah mati.
Akhirnya, ichapun mencuci mukanya yang lusuh oleh air mata telah kering. Lalu merebahkan badan serta memejamkan mata. Karena Icha juga sangat capek, setelah seharian diboombardir ulangan 3 mata pelajaran. Ditambah lagi Rio yang barusan membuat dirinya kaget, hampir mencopot jantungnya.
***
Minggu yang cerah adalah hari yang asyik bagi para kaum muda. Apalagi yang sudah punya pasangan. Mereka pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk sekedar berjalan-jalan mungkin atau aktivitas lainnya, walaupun dalam 1 bulan ada 4 kali hari minggu, tetapi tidak ada bosannya menunggu hari minggu tiba. Tetapi, tidak bagi Icha sekarang, yang sedang diberondong dengan sejuta masalah baginya. Ketika dia bangun, sangat malas untuk beraktivitas. Padahal biasanya hari minggu adalah hari yang paling istimewa dalam hari-harinya. Dengan langkah lesuh, dia menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan sebelum dony datang. Icha tidak mau, dony nyerocos menceramahinya ketika ia datang, belum sempat mandi. Kemarin dony sudah berjanji akan datang pagi-pagi.
***
“Permisi… tok… tok… tok…”.
Suara dony berubah menjadi kakek-kakek, ketika mengetuk pintu untuk menemui Icha di rumahnya. Dan langsung mama icha yang sedang berada di dapurpun langsung bergegas membukakan pintu untuk tamunya. Ketika mamanya yang tak lain adalah tantenya membukakan pintu.
“Ya ampuuunnnn,,,, kamu lagi, kamu lagi don, gak ada kapoknya ya ngerjain tante”. Dengan setengah kesal mama icha mengomeli ponakannya yang isengnya kadang keterlaluan. Memang, tidak Cuma 1 kali mama icha tertipu dengan ulahnya dony. Tapi, ya seperti biasa dony hanya melontarkan senyum khasnya untuk tantenya itu, seolah tak mempunyai dosa sedikitpun.
“Hehehehe… maaf, Tan. Ichanya ada..??”
“Awas,, ya, sekali lagi..!! Ada, baru selesai mandi tuch”
“Yaudah masuk, tante lagi masuk, ntar gosong lagi”
“Ia… ia… ia… ngomel mulu, cepet tua tan. Hehehehe”
Lagi-lagi dony membuat kesal kepada tantenya. Sehingga tantenya pun mengeluarkan jurusnya.
“Ya ampuunn,, ini anak satu. Berbalik sambil menjewernya”
“Peace… Tan. Peace… Ampun !!” bujuk dony kepada tantenya agar melepaskan tangan dari telinganya.
“Ada apa sich, pagi-pagi dah ribut-ribut. Kayak anak kecil aja”. Tiba-tiba icha muncul dari dalam.
“Udah-udah, mama ke dapur lagi, gosong tuch masakan”, lalu mama ichapun kembali ke dapur meninggalkan keponakannya yang super rese itu. Icha sudah tahu betul kelakuan sepupunya kepada mamanya. Ichapun langsung meluruskan permasalahan kepada dony, dan mengajak ke rumah fina.
“Jadi, gimana..?? ke rumah fina sekarang..??” tanya icha kepada dony.
“Nggak, besok aja sekalian” Dony menjawab dengan agak ketus, karena kesal.
“Hehehe… ia.. ia.. ayo berangkat, jangan manyun begitu”, canda icha kepada dony. Akhirnya mereka berdua menuju ke rumah fina.
***
Tapi apa yang terjadi, tanpa disangka, tanpa direkayasa, dan di luar skenario, kalau bahasa pertelevisian. Sesampainya di rumah fina, rio & fina sedang di ruang berdua seperti larut dalam kesedihan. Ichapun melangkah lemas, ketika dipersilahkan duduk oleh fina. Bagaimana tidak sahabat yang selama ini jadi pendengar setia ketika icha sedang diberondong masalah dalam hidupnya. Sekarang ia bersedih karena dilema yang menyangkut dirinya. 10 menit mereka berempat membisu. Suasana menjadi sangat amat dramatis seperti di film Titanic ketika Jack menyelamatkan kekasihnya Rose. Atau mungkin seperti Fahri di Ayat-Ayat Cinta ketika dihadapkan kepada dua perempuan yang dicintainya. Dony anak super resepun hanya diam ikut larut dalam suasana pagi itu.
“Cha… aku akan ikhlas jika semua ini yang terbaik untuk rio, semua ini memang sudah suratan. Kamu jauh lebih baik daripada aku. Please banget, bahagiain dia. Kita akan tetap bersahabat. Aku hanya memohon 1 permintaan saja, jangan pernah kau sakiti dia”. Fina memecah kebisuan sambil meneteskan air mata.
“Tapi fin..??” belum selesai icha berpendapat, sudah dipotong dulu oleh Rio.
“Fin, kamu percaya kan. Semua akan indah jika kamu menerimanya dengan tulus..?? Cinta ini akan mengalir seperti air di sungai. Cinta ini akan abadi jika kamu memang cinta dengan persahabatan ini. Fina sudah rela aku untukmu, aku tinggal menunggu keputusanmu”.
Fina tak mampu berkata-kata lagi, kepalanya berat tak tertahankan. Jiwanya seperti akan keluar dari raganya.
Suara teleponpun berdering, icha dengan setengah sadar mengambil dan melihat “Rio memanggil..”. Icha baru sadar ternyata semua yang dialaminya adalah mimpi. Jantungnya masih berdegup dengan kencangnya. Darahnya mengalir deras. Keringat dinginpun keluar. Apakah ini pertanda akan mulainya segala mimpi itu. Hanya Icha dan Tuhan yang tau.
Cinta Pertama Dan Terakhir
"rio .. turun nak" teriak bunda dari ruang tamu.
"ada apa sih bun ??" teriak rio dari dalam kamar.
"udah kamu buruan kesinii" jawab bunda.
Rio pun keluar kamar dengan malas-malasan, "kenapa sih bun ?? Rio tuh ca..." kata-kata rio terputus ketika melihat seorang gadis cantik tengah duduk di sofa. Saat dia melihat rio, dia melemparkan senyum yang sudah lama tak ku lihat. Seketika itu rasa cape rio hilang. Rio tersenyum.
"Ify??" kata rio tak percaya saat melihat seorang yang sangat rio sayangi. Seorang yang telah ditunggu rio selama 3tahun.
Cinta pertama rio.
"hy yo" sapa gadis itu yang ternyata bernama Ify
"bunda tinggal dulu ya Ify" kata bunda lalu pergi meninggalkan rio & ify.
Rio berlari menuju arah ify lalu memeluknya.
"Ifffyyyy kapan lo pulang?? gue kangeeen banget sm lo" 3tahun lalu Ify pergi ke singapura untuk berobat tapi rio juga tak tau apa penyakitnya.
"aduh..sakit yo" rintih ify kesakitan karena pelukan rio yang kencang,
"eh sorry fy, abisnya gue kangen banget sama lo" kata rio sambil tersenyum memandang wajah ify.
"haha biasa aja kali yo, gue tau kalo gue tuh ngangenin" kata ify sambil tertawa lepas.
"ih dasar .." kata rio sambil mengacak acak rambutnya
Skip aja yaah...
+++++++++++ keesokan harinya
Rio mengajak ify pergi ke taman, tempat favorit mereka dulu.
"gue gak nyangka lo akan bawa gue kesini lagi" kata ify.
"emang kenapa ?? lo gak suka gue bawa ke sini??" tanya rio penuh curiga.
"eh bukan gitu, gue seneng kok, seneng banget malah" kata ify sambil tersenyum manis.
'apa aku bisa terus sama kamu ? apa aku bisa terus liat senyum kamu itu fy?' batin rio.
Rio memegang tangan ify dan rio bisa melihat raut wajahnya yang berubah menjadi kaget, perlahan wajahnya mulai memerah. Rio tersenyum kecil.
"3tahun gue nunggu fy, dan gue pengen ngomong sesuatu sama lo sebelum semua terlambat" rio melihat raut keheranan di wajah ify, orang yang rio sayang.
"ngomong apaan ??" tanya ify penasaran. Rio tersenyum lembut pada ify dan tetap memegang erat tangan ify.
"apa lo tau perasaan gue selama ini ke lo??
Ify menatapku tak mengerti. Rio pun melanjutkan perkataannya "gue sayang sama lo ify, sayaaaanggg banget..apa lo gatau ?? apa sikap gue selama ini belom bisa nunjukin bahwa gue sayang sama lo ??" kata rio mengungkapkan perasaannya pada ify. Ify semakin tak mengerti
"lo nembak gue ??" tanya ify penuh rasa heran. Rio tersenyum untuk menjawab pertanyaannya yang berarti 'iya'
"hmm..gue pikir pikir dulu boleh ga ??" tanya ify.
"boleh, tapi jangan lama lama ya, ntar gue keburu pergi" kata rio.
"pergi ?? lo mau kemanaa ?? mau pindah ??" tanya ify dengan raut wajah sedih.
"bukan .. udah lo gak perlu tau. pokoknya gue tunggu jawaban dari lo" kata rio menjelaskan.
Suasana sepi beberapa saat, suara hp ify membuyarkan suasana sepi.
"halo ??" ify mengangkat telfonnya "yah, ntar dulu deh maa .... ih iyadeh aku pulang sekarang" ify menutup telfonnya.
Sambil mendesah kecil ify berkata "huh..anterin gue pulang yo" rio menatapnya heran.
"hoh kenapa ?? baru juga bentar" tanya rio pada ify.
"tapi gue disuruh pulang" kata ify dengan wajah cemberut
"oohh..iyadeh gue anter. tapi jangan lupa sama jawaban lo ya" kata rio mengingatkan ify.
"siap bos" kata ify sambil tertawa lepas.
'apa aku bisa ninggalin kamu fy ?? apa aku bisa liat kamu sedih kalo aku ninggalin kamu nanti ??' batin rio.
Rio menggandeng tangan ify menuju motornya dan mengantar ify pulang.
Skiipp..
++++++++++
Rio gelisah, sudah seminggu tak ada kabar dari ify. Seminggu setelah hari dimana rio menyatakan cinta padanya. Apa dia lupa sama rio ?? Atau dia kembali lagi ke singapura ?? Lalu bagaimana dengan jawaban dari pertanyaan rio ??
Tiba tiba kepala rio terasa pusing, darah segar menetes dari hidungnya. 'Oh Tuhan mengapa penyakitku semakin parah sajaa..' batin rio.
Rio membuka lagi map merah pemberian dokter tadi siang. Kangker otak stadium akhir.Rio melap hidungnya dengan tangan, lalu mengambil motor dan segera melaju kerumah ify.
Setelah rio sampai, rio melihat ramai sekali rumahnya. Rio turun dan mulai melangkah menuju halaman rumah ify. 'kenapa semua menangis ?? ada apa ini' pikir rio.
Saat aku memasuki rumah ify, betapa kagetnya rio melihat sosok seorang yang rio sayangi terbaring lemas tak bernyawa. Air mata rio pun mengalir membasahi pipinya.
"Iffyyyyyyy..."tangis rio pecah, rio tak bisa menahan air matanya lagi. Rio terpukul, rio tak bisa menerima kenyataan.
Dari dalam rio melihat acha, adik ify keluar menghampiri rio. Dia memberikan surat pada rio. Segera rio membuka surat itu, apa isi surat itu.
Dear rio,
Maafin gue ya, gue harus pergi ninggalin lo.Maaf selama ini gue ga cerita tentang penyakit gue ke lo, gue cuma ga pengen liat lo sedih.Maaf gue ga bisa habisin saat terakhir gue sama lo, gue yakin lo bisa tanpa gue.
Lo mau tau ga jawaban gue ?? gue mau yo, gue juga sayang sama lo. Udah lama gue nunggu lo nyatain cinta ke gue. Tapi kenapa baru sekarang ??
Gue sayang sama lo yo, tetep senyum ya pangerankuu ..
I love u forever
byee ...
Tangis rio semakin kencang, rio berlari menuju jasad ify yang tergeletak lemas. Rio mengguncangkan tubuh ify, berharap ify bangun dan memelu rio "Ifyy,, bangun fyy, bangunnn"
Tak lama kemudian rio merasakan pusing yang teramat sangat, rio merasakan hidungnya dialiri oleh darah segar. Matanya perlahan tak dapat melihat apa apa dan kemudian gelap.
Rio melihat ify tersenyum padanya mengajak rio menuju suatu keabadian. Rio memegang tangannya, rio ikut dengan ify menuju surga.
Ify lah cinta pertama dan terakhir Rio. Cinta yg abadi.
Melodi Cinta Topan Dan Viela
“Kamu nggak usah bawa-bawa apel segala, martabak segala, Ibu tahu kamu suka sama Viela, tapi bukan dengan cara membeli saya, emangnya saya bisa ditukar sama martabak?”
“Mau ke mana, Pan?’ sergah Roni saat dilihatnya Topan buru-buru beranjak dari bangkunya.
“Lo kayak nggak tau aja, sebentar lagi malaikat cerewet itu nongol, mending gue nyari udara seger di luar. Ntar kalo ada yang bisa lo bantu, bantuin gue ya?”
“Enak aja lo!” sungut Roni.
“Kan lo temen gue yang baik.”
“Iya deh, iya. Gue tau lo di luar lagi ngincer Viela, kan? Moga-moga aja lo ditolak, biar minum racun serangga, lo!”
“Ha ha ha! Nggak mungkin Meeennn!” Topan buru-buru ngacir keluar.
Bukan cuma guru Killer itu yang jadi alasan Topan, tapi karena jam ketiga ini, Viela praktek olahraga, jadi Topan bisa ngegodain cewek itu dari jauh sambil ngeliat body-nya yang keren, kakinya yang mulus dan terutama senyumnya yang bikin Topan Puyeng itu.
Baru saja Topan sampe di lobby, anak anak kelas Viela baru saja berhamburan dari kelasnya, suara mereka berisik, seperti burung yang dilepas dari kandangnya. Topan celingukan nyari Viela, parkit lincah berkaki mulus yang punya senyum lebih legit dari brownies itu.
Nah itu dia….
“Eh, sempit tauk, enam juta penduduk Jakarta berjubel kayak ikan dalam kranjang….”
“Kayak petugas sensus aja, lo!” ketus Topan sama cewek gendut yang sengaja nabrak Topan dari belakang, sekretaris kelasnya Viela. Terang aja, Topan menghalangi jalan cewek itu yang gak mau ribet dihalang-halangi, yang katanya sih udah lama setengah mati diet buat ngurusin badannya.
“Liat-liat dong kalo jalan, orang segede aku gini kok gak kelihatan,” sengit Topan saat cewek gemuk itu masih berkacak pinggang di depannya.
“Eh, elo yang gak liat, celingak-celinguk… nyari siapa lo? Hmm, gue tau, lo mau lihat paha kita-kita kan.”
“Paha…? Paha siapa?”
“Paha sapi!”
“Emang paha lo gede kayak paha sapi!” Topan ngacir.
“Eh brengsek, gue smackdown lo baru tau rasa…!!”
Topan terus ngacir sambil ngetawain tuh cewek.
Tak jauh di depan, Viela lagi jalan gandengan sama teman-temannya. Jantung Topan berdebar kencang, inilah cewek yang membuat Topan berani mengorbankan pelajaran Bu Rani, guru Bahasa Indonesia yang galak banget bin cerewet itu. Daripada bete nerima pelajaran Bu Rani, mending nyari pemandangan seger di luar, begitu pikir Topan.
“Pan!” Arief tiba-tiba narik tangan Topan.
“Eh Rif, sorry, gue nggak ngeliat lo. Eh salam gue kemaren gimana?” Tanya Topan berbisik ke kuping Arif.
“O… salam lo….”
“Udah lo sampein, kan?”
“Udah, dia cuma senyum doang.”
“Senyum? Gak ada yang laen?”
“Gak ada, malah….” Arif ketawa.
“Maksud lo dia ngetawain gue?’
“Ntar gue sampein lagi yang serius deh….”
“Sialan lo!” Topan buru-buru ninggalin Arif, tapi saat berbalik, jantung Topan berdebar lagi dengan kencang saat melihat siapa yang sudah berdiri di depannya, dengan celana training yang pendek ketat. Dia menyapaku? Pikir Topan gembira.
“Viel….”
“Ada apa Pan, penting banget kayaknya…?’
Mmm… salam gue gimana?” tembak Topan langsung sambil mamerin senyum cute-nya dan tentu saja matanya yang penuh dengan cinta….
“Yang disampein Arif kemaren?”
“Mmm… iya.”
“Sementara gue tampung dulu ya, tunggu aja deh….”
“Kayak kotak saran aja ditampung dulu,” canda Topan sambil garuk-garuk kepalanya yang gak gatal, salah tingkah. Meskipun jawaban yang terlontar dari bibir mungil Viela kurang menyenangkan, tapi Topan menganggap itu masih lebih bagus daripada dicuekin. Saat Viela berlari-lari menuju lapangan, Topan masih bisa menikmati kaki bagus yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu, yang rambut panjangnya tergerai seakan berkata, “kejarlah daku topan… ntar kamu kujitak.”
***
“Topan….”
“Ya Bu…,” Topan kikuk, sebel.
“Kenapa kamu suka bolos kalau saya masuk?” Ibu Rani muncul, padahal bukan jam pelajaran dia di kelas Topan.
“Pelajaran saya tidak kamu sukai, katanya haree geneee masih belajar bahasa Indonesia, kan dari bayi udah bisa bahasa Indonesia. Iya, kamu yang ngomong begitu?”
“Nggak Bu, bukan saya.”
“Jadi siapa?”
“Roni, Bu, dia juga gak suka sama pelajaran Ibu.”
“Suka Bu, Topan fitnah!” balas Roni teriak.
“Ayo Topan, kenapa kamu tidak suka sama Ibu?”
“Dia lagi jatuh cinta, Bu. Sama anak dua A3, namanya Viela. Pas pelajaran Ibu mereka olahraga, Topan milih keluar melihat pemandangan alam katanya, Bu.”
Seisi kelas riuh menertawai Topan.
“Apalagi anak-anak dua A3 kalo olahraga hobi pake celana dan tank top ketat, Bu!” Tambah Muti yang udah lama diem-diem naksir Topan tapi nggak pernah direspon Topan.
“Jadi karena alasan itu kamu tidak suka pelajaran Bahasa saya? Ya Topan?” serang Bu Rani.
“Bukan begitu, Bu.”
“Katanya Ibu juga galak, mulut Ibu bawel!”
“Eh, kambing, lo!” ketus Topan.
“Muti, jaga mulutmu, ya!” pelotot Ibu Rani.
Seisi kelas tambah riuh.
“Mulai sekarang Ibu tidak mau lagi ada anak yang bolos di jam pelajaran Ibu, Cuma gara-gara naksir cewek, pelajaran diabaikan, mau jadi apa kalian, pacaran aja yang diurusin. Sebentar lagi Ibu masuk, kalian tunggu dan tak ada yang boleh kaluar! Ngerti?”
“Ngerti Buuu…!!!” jawab seisi kelas.
Topan garuk-garuk kepala, dia gagal kali ini ketemu Viela, dan terutama menghindari pelajaran Bu Rani.
***
“Pan… pan, elo mau traktir gue apa nih?” Roni yang baru abis dari kantin teriak-teriak mencari Topan.
“Ada apa Ron?” Tanya Topan penasaran.
“Traktir gue, pokoknya sampe kenyang!”
“Beres, tapi apa dulu dong?”
“Viela….”
“Kenapa Viela?”
“Tapi traktir gue, ya.”
“Beres, apa aja lo minta deh, pokoknya kalo soal Viela beres….”
“Salam lo diterima, Tanya Arif kalo nggak percaya, dia juga nyampein ke Arif, tapi karena gue temen sekelas lo, katanya biar lebih cepet, gue aja yang nyampein.”
“Hah... yang bener?”
“Katanya dia suka sama cowok kayak lo, cuek, cute, berani, ngocol, nekat, dan banyak deh komentarnya.”
“Ah... yang bener lo, Ron!?”
“Samber gledek lo sendirian, kalo gue bohong.”
“Jangan gue sendiri, bareng-bareng dong.”
“Terserah deh pokoknya, usul gue, lo tembak langsung aja, jeger! Jeger! Jeger! Pulang ntar lo barengin ya, sekalian janjian, ntar malam kan malam minggu. Kalo nggak lo bisa keduluan gue!”
“Jeger jeger, memangnya nembak celeng.”
Topan bangkit dari duduknya.
“Yessss!!!” teriaknya keras, sampe ludahnya berhamburan ke wajah Roni.
“Sialan lo Pan, hujan lokal nih.”
“Sori... sori, lo tunggu gue, gue traktir semuanya sekarang juga!” Topan lari keluar kelas.
Roni dan anak-anak yang sudah hadir di kelas langsung tereak kegirangan. Beberapa menit kemudian Topan muncul, dikira Topan bawa makanan enak seperti brownies kukus dan lemper isi abon dari kantin Bu Sarmila, gak taunya singkong, ubi, gemblong segede-gede sandal jepit yang biasa dijual di warung kopi Kang Jaja yang ada di luar sekolahan.
Kontan aja beberapa potong ubi goreng melayang di udara mengenai kepala Topan dan Roni.
Malam Minggu, Topan siap-siap apel. Viela bukan cuma nerima salam Topan, tapi juga udah nyuruh Topan datang malam Minggu. Dengan kemeja kotak-kotak biru, celana jeans sedikit belel, sepatu Cole cokelat kulit kanguru, Topan tampak keren dan macho. Topan dengan gembira melangkah keluar rumah, senyumnya cerah, seperti langit malam yang penuh dengan bintang-bintang.
Sampai di rumah Viela, dada Topan berdebar tak karuan, tapi sekuat tenaga berusaha ditentramkannya. Topan segera memencet bel di pintu pagar yang sedikit dipenuhi semak bunga bougenville. Beberapa detik kemudian muncul Viela, rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai, dia memakai jeans sebatas lutut yang ketat dengan atasan T-shirt tak berlengan.
“Hai, Pan, yuk masuk!”
Topan melangkah masuk, debar jantungnya makin bertalu, tapi berusaha ditentramkannya.
Sehabis menyalakan lampu teras, Viela menyilakan Topan duduk.
“Bentar ya, Pan. Aku mandi dulu.”
“Loh, emangnya kamu belum mandi?”
“Belom, abis kamu kecepetan sih datangnya, baru aja jam tujuh.”
Topan melirik jam tangannya.
“O iya ya, masih sore….”
“Nggak pa pa sih, cuma kamu semangat banget ya kelihatannya, hi hi hi!” Viela terkikik geli.
Topan garuk-garuk kepala.
“Mau minum apa, Pan? Teh, kopi, atau mau yang dingin, atau air putih aja.”
“Mm… nggak usah repot-repot deh, air putih aja.”
“Wah kebetulan, emang adanya cuma air putih kok.” Masih sambil cekikik geli Viela lalu berlenggak-lenggok masuk ke dalam.
Topan garuk-garuk kepala lagi. Kena dia…
.
Nggak lama kemudian Viela muncul, udah ganti baju yang lebih rileks, nyante banget, Cuma wajahnya kini dipolesi bedak tipis dan bibirnya merah seger dipakaiin lipstick glossy. Topan terpana….
“Ngomong dong Pan, kok jadi salah tingkah kelihatannya?”
Topan yang biasanya jago ngocol masih terus salah tingkah, bibirnya bingung mo bicara apa yang enak. Tapi alangkah kagetnya Topan saat kemudian muncul pembantu membawa nampan berisi dua gelas air putih dan menyilakannya untuk minum yang dihidangkannya.
“Trima kasih ya, Ma. Kok cuma air putih Ma, kue-kuenya mana?”
Sekujur tubuh Topan kejang-kejang. “Bu Rani….”
“Masih mending air putih, bisa dipake dukun buat ngobatin orang, untung nggak Mama kasih racun serangga sekalian tadi.”
“Ih Mama, jahat banget….”
Bu Rani dengan bergaya pembantu lalu balik ke dalam.
Viela tersenyum geli.
“Ayo Pan, diminum, kenapa?”
“Mm… gue… gue pulang aja deh, Bu Rani… Bu Rani itu nyo….”
“Lo, emangnya kamu nggak tau kalo Bu Rani Nyokap gue?”
Topan geleng-geleng kepala. “ Nggak… gue baru tau sekarang. Sumpah, samber gledek bareng-bareng….”
“Ya udah, nyokap gue baek kok orangnya….”
“Bukan begitu Viel, tapi gue….”
“Gue ngerti, kamu sebel banget sama pelajarannya kan, juga orangnya kan?”
“Viel, jadi kamu membalas salam gue dan nyuruh datang malam Minggu supaya gue dikerjain sama nyokap kamu, terus supaya besok-besok gue nggak nakal lagi dan Nyokap kamu jadi nggak repot lagi ngurusin anak bandel kayak gue?”.
5“Doo… yang perasaan, bukan begitu maksudnya Pan. Kamu gue suruh ke mari malam Minggu karena kamu cowok istimewa buat gue. Soal Bu Rani yang lo sebelin itu kebetulan nyokap gue, kan cuma kebetulan doang. Sekarang tinggal kamu, gimana menurut kamu persoalan kita, kamu suka tantangan, kan?”
Topan diam sesaat. “Tantangan apa dulu, kalo ditantang Chris Jhon sih gue nyerah,” Topan berusaha bercanda.
“Ya ngambil hati nyokap gue, dong.”
Topan berdiri. Viela terlihat kecewa.
“Salam deh buat Bu Rani, malam Minggu depan kalo gue apel lagi, gue bawain apel.”
“Jangan cuma apel, Pan. Martabak keju kesukaan nyokap gue juga….”
“Mmm… iya deh.” Pantesan Bu Rani gendut, demen martabak keju sih, pikir Topan dalam hati ngedumel.
Dan malam Minggu yang indah pun berlalu, tapi juga malam yang bikin Topan serba salah. Tadi Topan maunya pulang agak maleman, tapi Topan ngeliat Bu Rani sering ngintip dari gorden pembatas ruangan, matanya melotot galak.
***
Topan berubah jadi cowok paling kalem sedunia sejak dia sadar kalau Viela adalah anak Bu Rani yang disebelinnya, biarpun Topan udah kalem dan selalu hadir nomer satu di pelajaran Bu Rani, tetap saja dia harus mengambil hati Bu Rani, caranya udah dijalani Topan dengan membawa sekeranjang apel New Zealand dan martabak keju, juga martabak telor. Eh itu malah bukannya membuat Bu Rani senang, tapi dianggapnya sesuatu yang melecehkan baginya.
“Kamu nggak usah bawa-bawa apel segala, martabak segala, Ibu tahu kamu suka sama Viela, tapi bukan dengan cara membeli saya, emangnya saya bisa ditukar sama martabak?”
Topan cuma diam.
“Kalau kamu tahu, sejak SMP Viela sebenarnya sudah saya jodohkan.”
“Dijodohkan Bu, sama siapa? Sama saya?” Topan tersentak.
“Sama kamu? Anak nggak pintar kayak kamu kok mau dijodohin sama anak saya.”
“Jadi mau dijodohon sama siapa, Bu?” Tanya Topan hati-hati.
“Mau tau aja!”
Bu Rani juga selalu melirik Topan kalau dia melihat Topan sedang menunggu Viela di depan kelas. Jalan ke kantin, pulang bareng, semua ulah Topan dicurigai. Topan jadi pusing. Menunggu Bu Rani pensiun masih lama, dipindahin sama pemerintah ke Papua, nggak mungkin. Coba kalo gue dulu gak sebel sama Bu Rani, mungkin nggak begini jadinya, sesal Topan. Meskipun Bu Rani kelihatannya baik, dan agak suka becanda, tapi batinnya, Topan ngerasa dia menolak keras, nggak nerima anaknya dipacarin, apalagi lewat jalan belakang.
“Pan!” tiba-tiba Roni menepuk bahu Topan dari belakang.
“Topan kaget, disikutnya perut Roni. “Ganggu gue aja lo, sono,” hardiknya.
Lalu Roni cekikikan melihat buku Bahasa Indonesia Topan yang disampul rapi banget, kayak buku anak kelas 1 SD.
“Kusut amat lo Pan. Udah deh, lo cari aja cewek laen, Viela emang cakep, tapi nyokapnya. Gue heran, Viela cakep, nyokapnya kok ancur. Bokapnya kali keren, ya, Pan?”
“Nggak tau gue, gue nggak pernah ketemu bokapnya.”
“Kalo lo nyium Viela, terus kebayang bibir Bu Rani yang lebar itu, sama aja nyium bibirnya Bu Rani, lo.”
“Brengsek, lo, Ron.”
Roni cekikikan.
Tiba-tiba Viela muncul di depan pintu, tersenyum. “Gue denger apa yang kalian omongin. Ntar malam Minggu ke rumah ya Pan, ada hal penting yang mo gue omongin.”
“Soal apaan Vi?”
“Sekarang apa ntar malam?”
“Sekarang aja deh,” desak Topan.
“Oke… dengerin ya. Bu Rani itu sebenarnya bukan nyokap kandung gue, dia Ibu angkat gue.”
“Maksud lo?”
“Maksudnya lo nggak usah lagi mikirin Bu Rani meskipun dia nggak suka sama lo, gue sendiri suatu saat nanti akan nentukan masa depan gue sendiri, kebetulan aja Bu Rani jadi nyokap gue, tapi dia memang baik dan sayang banget sama gue, udah bikin gue segede ini, seksi lagi.”
“Lantas nyokap kandung kamu di mana?” Tanya Roni penasaran.
“Gue anak adopsi.”
“Adopsi dari mana?” kejar Roni lagi, sementara Topan masih nggak percaya kalau Viela yang dicintainya nggak jelas asal-usulnya.
Viela tertunduk, wajahnya tiba-tiba sedih, Topan dengan prihatin mendekati Viela dan membelai rambutnya. “Maafin Roni, Viel. Dia kalo nanya nyeplos aja.”
Viela menggeleng. “Nggak apa apa kok, Pan. Nyokap pernah cerita, yang ngelahirin gue seorang Ibu kurang mampu, Ibu itu nggak punya uang buat nebus biaya melahirkan, seminggu setelah melahirkan, katanya dia pergi minjam uang ke saudaranya dan menitipkan anaknya sementara di rumah sakit, tapi kemudian dia nggak pernah balik lagi ke rumah sakit. Terus gue diambil Bu Rani. Kata suster di rumah sakit, perempuan yang ngelahirin gue cakep, terbukti kan, gue cantik….” Viela berusaha tersenyum.
Topan juga tersenyum, kembali dibelainya rambut Viela. Kalau cuma Bu Rani penghalang mencintai Rani, kecil, nggak ada apa-apanya, tegas Topan dalam hati, tapi Bu Rani kan udah berjasa ngebesarin Viela, lagian kasihan Bu Rani, sampe sekarang dia belum menikah juga, padahal umurnya udah hampir lima puluh tahun. Tiba-tiba terbersit rasa kasihan yang dalam di hati Topan kepada Bu Rani, sementara cinta dan kasih sayang yang dirasakan Topan kepada Viela pun tambah menggunung, dan Topan ingin selalu melindunginya setiap saat.
“Topan!” Bu Rani tibatiba sudah berdiri di antara mereka, matanya melotot.
Topan gugup.
“Gue gak ikutan!” Roni langsung menjauh.
Tapi Topan segera menangkap tangan Bu Rani dan menciumnya. “Topan janji akan menjaga Viela Bu, Topan nggak akan bolos lagi, Topan juga mau kalau dijadikan anak angkat Bu Rani, Topan senang sama pelajaran Bu Rani….” Bu Rani menarik-narik tangannya tapi Topan terus menciumnya, hingga akhirnya Bu Rani Luluh dan membiarkan tangannya diciumi Topan, sementara Viela tersenyum senang, Topan pasti bisa mengambil hati Bu Rani, mamaku tersayang, yakin Viela dalam hati sambil menahan senyum melihat ulah Topan yang masih terus menciumi tangan Mamanya.